PENGERTIAN
TEATER
T
|
eater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa
Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.
Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan
sebagai segala hal yang dipertunjukkandidepan orang banyak. Dengan
demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya
ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan,
sulap, akrobat, dan lain sebagainya.
Adapun
pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :
1. Menurut
Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial
kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat
maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna
filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater
itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut
pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil
manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang
dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”.
2. Menurut
Bakdi Soemanto, 2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal
dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame”
yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid
untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam
istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang
punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga
dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno
(800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat
seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik
sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra.
3. Menurut
Kasim Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan tetapi
sebelum itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas
panggung disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah
lakon yang biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan teater. Di
Indonesia, pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah
sandiwara atau tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara
konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata
sandiwara berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau
“warah” yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara”
berarti “pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993).
Rombongan teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita
yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman
Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi
masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
Jadi, teater
adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung dan
disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah
pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.
Jenis Seni
Teater
a.
Teater Rakyat (tradisional)
Pertunjukan
hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan,
perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah
sebagai berikut Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
b. Teater
Klasik (keraton)
Segala
sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung
pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan
rakyat(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Contohnya
Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan Langendriya.
c.
Teater Modern
Teater
modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi
Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan
contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan
Ludruk atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari dunia modern.
Musik, dekor, dan properti lain menggunakan
teknik Barat. Teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater,
penonton tidak hanya disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/ jelek,
tetapi ikut menyikapi dan melihat action. Contoh Teater Modern yaitu
drama, teater, sinetron dan film. Ciri-ciri
Teater Modern adalah panggung tertata, ada pengaturan jalan
cerita, tempat panggung tertutup.
JENIS TEATER
MODERN TRADISIONAL
1. Teater
Boneka
2. Drama
Musikal
Merupakan
pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama
musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para
pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa
disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada
penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui
lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya
adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber
yang fenomenal. Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan
gerak tari, alunan lagu, dan tata pentas.
3. Teater
Gerak
Teater gerak
merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi
wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan
dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak
dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater
terutama dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte
di Italia. Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk
karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing
perhatian penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan
pertunjukan dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
Teater gerak
yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai
pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba
mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya.
Makna pesan sebuah lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk
gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau,
keduanya dari Perancis.
4. Teater
Dramatik
5. Teatrikalisasi
Puisi
Pertunjukan
teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya
hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah
puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di atas
pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan
blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang
dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman
karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata
artistik di atas pentas.
CONTOH-CONTOH
TEATER
1. Wayang
Dalam
pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar lampu
menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan layar,
menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan menonton
wayang secara langsung.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
2. Makyong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat, maka semula Drama Gong disebut "drama klasik". Nama Drama Gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya dari desa Abianbase (Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang masih aktif.
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak silat.
5. Mamanda
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger. Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala.
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “… Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan” ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak.
Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi)
Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang
cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah
laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh
sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita
tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan
lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan
sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll).
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll).
9. Lenong
Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau “resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
10. Ubrug
Kesenian ubrug termasuk teater rakyat yang memadukan unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur itu dipentaskan secara komedi. Bahasa yang digunakan dalam pementasan, terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi). Alat musik yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul, gong angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.
Selain berkembang di provinsi Banten, kesenian Ubrug pun berkembang sampai ke Lampung dan Sumatera Selatan yang tentunya dipentaskan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Teater Ubrug pada awalnya dipentaskan di halaman yang cukup luas dengan tenda daun kelapa atau rubia.
Untuk penerangan digunakan lampu blancong, yaitu lampu minyak tanah yang bersumbu dua buah dan cukup besar yang diletakkan di tengah arena. Lampu blancong ini sama dengan oncor dalam ketuk tilu, sama dengan lampu gembrong atau lampu petromak. Sekitar tahun 1955, ubrug mulai memakai panggung atau ruangan, baik yang tertutup ataupun terbuka di mana para penonton dapat menyaksikannya dari segala arah.
Seni
teater bangkit lagi setelah jaman Renaisans (sekitar tahun 1500M-1700M).
Pada masa itu, lahirlah pengarang-pengarang besar seperti William Shakespeare
(dengan karya Hamlet, Romeo dan Juliet, Pedagang Venesia, Mimpi di Tengah
Malam Musim Panas, dll). Pada era modern, tokoh yang berkembang adalah
Henrik Ibsen dan George Bernard Shaw.Wayang
11. Wong
(wayang orang)
Wayang orang
dapat dikatakan masuk kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh
dalam cerita dimainkan oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai
pengatur laku dan tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat
pertunjukan wayang orang yang agak berbeda, karena masih menggunakan topeng dan
menggunakan dalang seperti pada wayang kulit. Sang dalang masih terlihat
meskipun tidak seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan
dibalik layar penyekat dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di
depan layar penyekat. Sang Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan
pemain dilakukan oleh Sang Dalang karena para pemain memakai topeng. Para
pemain di sini hanya menggerak-gerakan badan atau tangan untuk mengimbangi
ucapan yang dilakukan oleh Sang Dalang. Para pemain harus pandai menari.
Pertunjukan ini di Madura dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng
dalang memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog
12. Gambuh
Kebanyakan
lakon yang dimainkan gambuh diambil dari struktur cerita Panji yang diadopsi ke
dalam budaya Bali. Cerita-cerita yang dimainkan di antaranya adalah
Damarwulan, Ronggolawe, dan Tantri. Peran-peran utama menggunakan
dialog berbahasa Kawi, sedangkan para punakawan berbahasa Bali. Sering pula
para punakawan menerjemahkan bahasa Kawi ke dalam bahasa Bali biasa.
Suling dalam
gambuh yang suaranya sangat rendah, dimainkan dengan teknik pengaturan nafas
yang sangat sukar, mendapat tempat yang khusus dalam gamelan yang mengiringi
gambuh, yang sering disebut gamelan “pegambuhan”. Gambuh mengandung kesamaan
dengan “opera” pada teater Barat karena unsur musik dan menyanyi mendominasi
pertunjukan. Oleh karena itu para penari harus dapat menyanyi. Pusat kendali
gamelan dilakukan oleh juru tandak, yang duduk di tengah gamelan dan berfungsi
sebagai penghubung antara penari dan musik. Selain dua atau empat suling,
melodi pegambuhan dimainkan dengan rebab bersama seruling. Peran yang paling
penting dalam gamelan adalah pemain kendang lanang atau disebut juga kendang
pemimpin. Dia memberi aba-aba pada penari dan penabuh.
13. Arja
GLOSARIUM
Aktor /
Aktris: Orang yang berperan dalam suatu kejadian penting.
Alur : Rangkaian
peristiwa dari awal hingga klimaks
Apresiasi : kesadaran
terhadap nilai seni & budaya atau penilaianterhadap sesuatu.
Dalang : Orang
yang mengatur (merencanakan, mengatur) suatu gerakan
dengan sembunyi-sembunyi.
Etimologis : Bersangkutan
dengan etimologi (ilmu yang menyelidiki asal usul kata
serta perubahan
dalam bentuk & makna.
Fiktif : Hanya
terdapat dalam khayalan atau cerita belaka (bohongan).
Komedi : Sandiwara
riang yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang bersifat menyindir.
Manifestasi : Perwujudan
sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat.
Melodramatik: Mengetarkan
perasaan hati atau kisah yang menyedihkan tetapi
sangat mengesankan.
Pantomim : Pertunjukan
drama tanpa kata-kata yang dimainkan dengan gerak
dan ekspresi wajah (biasanya diiringi musik)
Pentas : Lantai
yang agak tinggi di gedung pertunjukan tempat memainkan
sandiwara tersebut.
Kabaret : Pertunjukan
hiburan berupa nyanyian dan tarian.
Teater : Pertunjukan lakon
yang dimainkan diatas pentas dan disaksikan penonton.
No comments:
Post a Comment